Jumat, 16 Oktober 2015

Pembahasan Pengertian Pertumbuhan bagi Tanaman

Pengertian Pertumbuhan Menurut para pakar, sebagai berikut :

Menurut WebsterPengertian Pertumbuhan adalah proses penambahan ukuran dan pembesaran sel yang progresif yang mencerminkan pertumbuhan protoplasma.

Menurut Harjadi, Pengertian Pertumbuhan Tanaman adalah penambahan tinggi tanaman dan jumlah daun serta berat kering yang tidak dapat kembali ke bentuk semula.

Pengertian Pertumbuhan menurut Goldsworthy, Pertumbuhan adalah kenaikan dalam bahan tanaman, suatu proses total yang mengubah bahan mentah secara kimia dan menambahkannya dalam tanaman. Pertumbuhan tanaman terjadi pada tingkat mikroskopik saat sel membesar dan membelah sehingga terjadi pengembangan bagian tanaman yang dapat terlihat.

Dari pengertian pertumbuhan tanaman di atas, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Pertumbuhan Tanaman adalah suatu proses penambahan ukuran, penambahan jumlah sel dan penambahan jumlah daun yang tidak akan kembali lagi pada bentuk semulanya.

Ukuran suatu pertumbuhan adalah berat bersih. Berat basah atau berat segar suatu tanaman sangat mudah berubah, tergantung pada kadar air yang dikandungnya. Bila jaringan tanaman mengering maka akan kehilangan berat segarnya. Sekitar 90 persen kandungan bahan kering tanaman merupakan hasil dari fotosintesis. Berat kering tanaman juga memberikan suatu dasar untuk mengamati biji karena nilai energi makanan yang berguna bagi manusia adalah biji, umbi atau akar penyimpanan sangat erat hubungannya dengan berat keringnya. Menurut Gastal dan Durand, Pertumbuhan tanaman dihasilkan dari interaksi antara genome dan lingkungan.

| Fase Pertumbuhan Tanaman |

Pertumbuhan tanaman terdiri atas 2 fase, yaitu Fase Vegetatif dan Fase Generatif.
Fase pertumbuhan tanaman vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang yang baru. Fase vegetatif ini berhubungan dengan 3 proses penting, yaitu : (1) pembelahan sel, (2) Perpanjangan sel, dan (3) tahap pertama dari diferensiasi sel.
Fase pertumbuhan tanaman generatif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, buah, bunga dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan makanan, akar-akarnya dan batang yang mempunyai daging. Proses penting yang berlangsung pada fase ini meliputi pembuatan sel-sel yang secara relatif sedikit, penebalan serabut-serabut, pendewasaan jaringan, pembentukan hormon untuk perkembangan kuncup bunga, bunga, buah dan bijinya, pembentukan koloid hidrofilik dan perkembangan alat-alat penyimpanan.

Pertumbuhan tanaman dapat dibedakan menjadi 3 fase, yaitu fase perkecambahan, vegetatif dan generatif. Pertumbuhan awal tanaman lebih banyak menggunakan zat-zat cadangan yang berada di dalam batang. Pertumbuhan vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang. Pertumbuhan generatif terjadi pada pembentukan bunga dan biji. Organ-organ yang mengalami pertumbuhan adalah akar, batang dan daun. Pertumbuhan tanaman yang cepat dan lebat mempengaruhi kadar bahan kering, umumnya pertumbuhan yang cepat pada musim hujan selalu diikuti dengan penurunan kadar bahan kering, sedangkan kadar protein agak meninggi.

Menurut Sitompul dan Guritno, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik akan mempengaruhi proses fisiologi tanaman, sedangkan faktor lingkungan dipengaruhi oleh temperatur, kadar air tanah dan unsur hara. Faktor lingkungan yang paling mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu : (1) Tanah yang memberi unsur hara dan kelembaban, (2) energi penyinaran dalam bentuk panas dan cahaya, dan (3) Udara yang mengakibatkan karbondioksida dan oksigen.

Sekian pembahasan mengenai pengertian pertumbuhan tanaman dan fase pertumbuhan tanaman, semoga tulisan saya mengenai pengertian pertumbuhan tanaman dan fase pertumbuhan tanaman dapat bermanfaat.

Sumber : Buku dalam Penulisan Pengertian Pertumbuhan Tanaman dan Fase Pertumbuhan Tanaman :

- Endang Dwi Purbajanti, 2013. Rumput dan Legum : Sebagai Hijauan Makanan Ternak. Penerbit Graha Ilmu : Yogyakarta.
Gambar Pengertian Pertumbuhan Tanaman

Pengertian Gulma dan Upaya Pengendaliannya

Gulma adalah tumbuhan yang tidak berguna atau merugikan tanaman lain.Lebih lanjut mengenai pengertian gulma dan upaya pengendalian gulma dibahas di bawah ini.

Menurut AdkinsPengertian Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di tempat-tempat dan pada waktu yang dianggap tidak diperlukan.

Menurut HuffakerPengertian Gulma adalah tumbuhan yang bertumbuh di tempat yang salah.

Pengertian Gulma secara umum adalah tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia, sehingga manusia berusaha untuk mengendalikannya. Kepentingan manusia di sini berupa perolehan hasil usaha tani yang baik dari segi mutu dan jumlah, kelancaran transportasi perairan, efisiensi penggunaan air dan saluran irigasi masih banyak lagi aspek kehidupan manusia yang berkaitan dengan masalah gulma.

Pada tahun 1997Adkins mengatakan bahwa kehilangan hasil tanaman karena gulma dapat mencapai jutaan dollar per tahun, tergantung pada jenis tanaman dan daerah geografisnya. Kerugian terbesar terutama dapat ditemukan di daerah tropis, yaitu negara-negara yang sedang berkembang di mana pengendalian gulma biasanya kurang diperhatikan dan pertumbuhan gulma biasanya sangat cepat. Dilaporkan bahwa setiap tahun sekitar 10 persen produksi pertanian di dunia hilang karena adanya gulma.

| Upaya Pengendalian Gulma |

Upaya Pengendalian Gulma biasanya dilakukan secara mekanik, khususnya untuk areal kecil dengan mencangkul, membajak maupun membakar. Untuk kebun-kebun tanaman kecil, pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut dan membersihkannya dengan tangan, kemudian dikumpulkan atau langsung ditutup dengan tanah. Pencangkulan biasanya dilakukan untuk jenis-jenis gulma yang sulit dicabut, sedangkan untuk tanah pertanian yang agak luas dengan melakukan pencabutan, sedangkan untuk tanah pertanian yang agak luas dilakukan dengan cara membajak, baik dengan menggunakan mesin pembajak atau menggunakan sapi atau kerbau. Pembersihan semak belukar biasanya dilakukan pertama dengan dipotong atau diperas, kemudian dibakar dan dibajak.
Upaya pengendalian gulma lain yaitu dengan menggunakan herbisida. Saat ini banyak merek-merek dagang herbisida yang dapat dibeli petani atau masyarakat umum di toko-toko sarana produksi dengan merek dagang seperti round up, bismilangdan lain-lain. Cara pengendalian gulma dengan bahan kimia dapat memberikan hasil yang cepat, sehingga banyak petani yang menggunakannya untuk pengendalian gulma di ladang atau perkebunan.

Upaya pengendalian gulma secara hayati masih sangat kurang, terutama di negara-negara yang sedang berkembang, namun sudah cukup maju di negara-negara tertentu. Pengendalian gulma secara hayati biasanya tidak akan mengeradikasi gulma seperti yang banyak diharapkan orang. Namun jika terjadi eradikasi maka biasanya hanya untuk kelompok-kelompok pengendalian tertentu. Pengendalian gulma dikatakan sempurna apabila agen hayati yang digunakan dapat menetap dan mengendalikan gulma secara terus-menerus dengan baik sampai pada tingkat populasi gulma yang terkendali.

Sekian pembahasan mengenai pengertian gulma dan upaya pengendalian gulma, semoga tulisan saya mengenai pengertian gulma dan upaya pengendalian gulma dapat bermanfaat.

Sumber : Buku dalam Penulisan Pengertian Gulma dan Upaya Pengendalian Gulma :

- Dantje T. Sembel, 2010. Pengendalian Hayati. Penerbit CV Andi Offset : Yogyakarta.

Selasa, 06 Oktober 2015

Latar Belakang Bioteknologi Pertanian

Bioteknologi Pertanian

Bioteknologi banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Pembuatan kompos dan biogas merupakan contoh yang sederhana. Pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan hasil pertanian pada masa sekarang ini dilakukan secara modern, misalnya pada pemuliaan tanaman dengan menciptakan tanaman transgenik (tanaman yang gennya telah dimodifikasi), kultur jaringan, biopestisida, dan sebagainya. Berikut ini beberapa contoh bioteknologi dalam bidang pertanian.
a. Hidroponik dan Aeroponik
Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan dalam bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Untuk memperoleh zat makanan atau unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, ke dalam air yang digunakan dilarutkan campuran pupuk organik. Campuran pupuk ini dapat diperoleh dari buatan sendiri atau pupuk buatan yang siap pakai. Adapun keuntungan dengan cara hidroponik adalah sebagai berikut.
a. Tumbuhan bebas dari hama dan penyakit.
b. Produksi tanaman lebih tinggi.
c. Tumbuh lebih cepat.
d. Pemakaian pupuk lebih efisien.
e. Mudah pengerjaannya.
f. Tidak tergantung pada kondisi alam.
g. Tidak membutuhkan lahan luas.
Selain hidroponik, saat ini teknik yang sedang dikembangkan adalah teknik aeroponik. Jika hidroponik media yang digunakan untuk tumbuh akar adalah air dan media lain misalnya kerikil atau pasir. Tapi pada aeroponik tidak menggunakan media sama sekali. Akar tanaman di letakkan menggantung dalam suatu wadah yang dijaga kelembapannya dari air yang biasanya berasal dari pompa bertekanan sehingga timbul uap air. Zat makanan diperoleh melalui larutan nutrien yang disemprotkan ke bagian akar tanaman.
Sistem aeroponik memiliki kelebihan dibandingkan sistem hidroponik. Pada sistem aeroponik, akar yang menggantung akan lebih banyak menyerap oksigen sehingga meningkatkan metabolisme dan kecepatan pertumbuhan tanaman.
b. Kultur Jaringan Tumbuhan
Teknik kultur jaringan banyak dilakukan untuk menghasilkan bibit tumbuhan dalam jumlah besar dan seragam sifat genetiknya dalam waktu relatif singkat, misalnya bibit jati, anggrek, dan kelapa sawit.
Kultur jaringan memanfaatkan sifat totipotensi sel, yaitu setiap sel membawa informasi genetik yang lengkap sehingga berpotensi untuk berkembang menjadi individu baru yang lengkap. Kultur jaringan mula-mula dilakukan oleh Frederick C. Steward. Steward mengkultur sel-sel akar tanaman wortel dalam suatu media buatan. Dari sel-sel akar itu berhasil tumbuh tanaman wortel yang lengkap. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa sel mengandung semua informasi genetik yang lengkap.
Bagian yang akan ditumbuhkan melalui kultur jaringan disebut eksplan. Eksplan yang digunakan biasanya dari jaringan tumbuhan yang masih muda, misalnya ujung akar, tunas, dan daun muda. Berdasarkan jenis eksplannya, kultur jaringan dapat dibedakan menjadi kultur meristem, kultur antera, kultur embrio, kultur protoplas, kultur kloroplas, kultur polen, dan lain-lain. Eksplan yang telah disterilkan ditumbuhan pada media steril yang mengandung nutrisi dan zat pengatur tumbuh.
Selama kultur berlangsung, faktor lingkungan seperti cahaya, temperatur, kelembapan, dan pH diatur pada kondisi yang paling sesuai untuk pertumbuhan eksplan. Jika nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan keadaan lingkungan sesuai, eksplan akan tumbuh menjadi massa sel yang belum mengalami diferensiasi yang disebut kalus. Kalus kemudian tumbuh menjadi tanaman kecil yang telah lengkap yang disebut plantlet. Sebelum dapat ditanam, plantlet harus diaklimatisasi selama beberapa waktu sehingga kondisi dan ukurannya sesuai untuk ditanam.
Teknik kultur jaringan sangat menguntungkan dalam perbanyakan tumbuhan bernilai tinggi. Selain itu tanaman langka yang terancam punah dapat dilestarikan dengan memanfaatkan kultur jaringan. Dengan demikian kemajuan industri agrobisnis dapat terwujud dan ketahanan pangan akan meningkat.
c. Tanaman yang Dapat Menfiksasi Nitrogen
Serealia atau tumbuhan rumput-rumputan berbiji merupakan tumbuhan yang menyuplai 50% makanan pokok penduduk dunia. Namun, serealia tidak memiliki simbion bakteri akar-akarnya untuk memfiksasi nitrogen, sehingga kebutuhan nitrogen (N2) diperoleh dari penambahan pupuk buatan. Kelebihan pupuk buatan yang diberikan dapat terbilas air dan menyemari air minum yang dikonsumsi manusia di lingkungan sekitar.
Dengan bioteknologi, para ilmuwan mengembangkan tumbuhan yang akar-akarnya dapat bersimbiosis dengan Rhizobium. Ide ini melibatkan gen nif yang dapat mengontrol fiksasi nitrogen. Para ilmuwan menyisipkan gen nif ini pada :
1) Tumbuhan serealia
2) Bakteri yang berasosiasi dengan tumbuhan serealia
3) Plasmid TI ( Tumor Inducing) dari Agrobacterium dan kemudian menginfeksikannya ke tumbuhan yang sesuai dengan bakteri yang telah direkayasa.
d. Teknologi Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik merupakan tanaman yang telah disusupi DNA asing sebagai pembawa sifat yang diinginkan. DNA tersebut dapat berasal dari tumbuhan yang beda jenis. Untuk menghasilkan tanaman transgenik dibutuhkan teknik rekayasa genetika dan vector sebagai pembawa gen sifat yang diinginkan. Sebagai vector digunakanlah DNA yang berasal dari bakteri Agrobacterium tumefaciens yang lebih dikenal dengan nama Ti plasmid (tumor-inducing plasmid). Ti plasmid memiliki kemampuan untuk masuk ke dalam sel tumbuhan selama proses infeksi.
Tahapan untuk memperoleh tanaman transgenik, adalah sebagai berikut:
1) Ti plasmid dikeluarkan dari sel bakteri
2) Ti plasmid dipotong pada sisi yang spesifik dengan menggunakan enzim restriksi.
3) DNA yang berasal dari sel tanaman dipotong dengan menggunakan enzim restriksi yang sama agar diperoleh sisi yang speksifik. Kemudian gen tanaman yang membawa sifat yang diinginkan dipisahkan dari DNA-nya.
4) Gen tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam plasmid sehingga menghasilkan DNA rekombinan.
5) Plasmid yang telah mengandung gen tersebut dimasukkan ke dalam sel tanaman yang dikultur. Saat ini, sel tanaman telah memiliki gen dari tanaman lain.
6) Terjadi regeberasi sel tumbuhan yang akan terus mengalami pembelahan hingga menjadi satu individu tanaman baru. Tanaman baru ini memiliki sifat baru yang diinginkan dan merupakan tanaman transgenik.
Teknologi transgenik telah dilakukan pada beberapa tanaman pertanian seperti jagung, kapas, tomat, padi, kedelai, dan papaya. Pada kedelai telah dimasukkan beberapa gen yang menyebabkan variasi pada tanaman kedelai. Pada tanaman jagung telah dimasukkan gen cry dari Bacillus thuringiensis disebut dengan jagung Bt, yang menyebabkan jagung menghasilkan protein yang dapat membunuh serangga, seperti kupu-kupu.
Tanaman transgenik ini tidak perlu disemprot dengan pestisida untuk menyingkirkan hama dan penyakit, sebab dengan sisipan gen tersebut akan menghasilkan senyawa endotoksin ( senyawa racun) sehingga tanaman transgenik dapat membrantas hama dengan senyawa racun yang dikandungnya.
e. Penggunaan Teknologi Nuklir
Teknologi nuklir menggunaan unsur-unsur radioaktif yang dapat memancarkan sinar radioaktif, antara lain sinar gama (γ ), sinar alfa (α ) dan sinar beta (β).
Manfaat dari radioaktif seperti sinar gama (γ ) berguna untuk pemuliaan tanaman, yaitu dengan meradiasi sel atau jaringan sehingga akan terjadi mutasi yaitu terjadinya perubahan jumlah kromosom atau gen yang terdapat dalam inti sel, dengan tujuan agar menghasilkan atau memiliki keturunan dengan bibit unggul.
Hasil dari mutasi yang sering dinamakan mutan, ternyata memiliki beberapa keuntungan di antaranya cocok ditanam di persawahan pasang surut yang memiliki kadar garam cukup tinggi, tahan wereng cokelat dan hijau, tahan penyakit busuk daun, umur lebih pendek, dapat ditanam pada musim kemarau dalam waktu lebih singkat, hasil panennya lebih banyak. Tanaman hasil mutasi ini bersifat poliploidi (jumlah kromosomnya berkelipatan dari kromosom normal) sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, misalnya cepat berbuah, buahnya lebih besar, dan tidak berbiji.
f. Fusi Protoplas
Fusi protoplas merupakan suatu proses alamiah yang terdapat dari mulai tanaman tingkat rendah sampai pada tanaman tingkat tinggi. Fusi protoplas merupakan gabungan protoplas dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Hibridisasi somatik melalui fusi protoplasma digunakan untuk menggabungkan sifat lain dua spesies atau genus yang tidak dapat digabungkan secara seksual ataupun aseksual. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau antargenus dari satu famili (inter genus).
Ketika tanaman dilukai, maka sejumlah sel yang disebut callus akan tumbuh pada tempat yang dilukai tersebut. Sel-sel callus memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tunas dan akar serta keseluruhan tanaman berbunga. Potensi alami sel-sel tersebut yang terprogram menjadi calon tanaman baru sangat ideal untuk rekayasa genetik. Seperti pada sel-sel tanaman, sel-sel callus dikelilingi oleh dinding selulosa yang tebal, yaitu sebuah rintangan yang menghambat pembentukan DNA baru. Dinding sel tersebut dapat dipecah dengan dinding selulose sehingga menghasilkan sel tanpa dinding sel yang disebut protoplas. Protoplas ini dapat digabungkan dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Metode ini disebut fusi protoplas.
Tujuan fusi protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida somatic atau sibrida atau mengatasi kelemahan dari hibrida seksual. Terdapat kelemahan dari hibrida seksusal, yaitu:
  • Sukar untuk mendapatkan suatu hibrida antar spesies dan antar genera. Hibridisasi somatik dapat mengatasi hal tersebut.
  • Sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari induk betina saja. Dalam proses pembuahan, ganet jantan hanya membawa inti saja dengan sedikit sitoplasma sebaliknya pada tetua betina selain inti juga sitoplasma. Untuk mendapat sitoplasma dari kedua tetua diadakan fusi antara sitoplasma.
Fusi protoplas dapat dimanfaatkan untuk melakukan persilangan antar spesies atau galur tanaman yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan persilangan biasa karena adanya masalah inkompatibilitas fisik. Fusi protoplas membuka kemungkinan untuk:
  • Menghasilkan hibrid somatik amphidiploid yang fertil antar spesies yang secara seksual tidak kompatibel
  • Menghasilkan galur heterozigot dalam satu spesies tanaman yang secara normal hanya dapat diperbanyak dengan cara vegetatif, misalnya pada kentang.
  • Memindahkan sebagian informasi genetik dari satu spesies ke spesies lain dengan memanfaatkan fenomena yang disebut penghilangan kromosom (chromosome elimination).
  • Memindahkan informasi genetik yang ada di sitoplasma dari satu galur atau spesies ke galur atau spesies lain
  • Fusi protoplas dapat menghasilkan dua macam kemungkinan produk:
  • Hibrid, jika nukleus dari kedua spesies tersebut betul-betul mengalami fusi (menyatu)
  • Cybrid (cytoplasmid hybrid ataru heteroplast), jika hanya sitoplasma yang mengalami fusi sedangkan informasi genetik dari salah satu induknya hilang.
Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman dengan sifat tertentu dan dapat dilakukan dengan spesies yang berbeda. Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan biaya yang mahal serta butuh ketelitan yang lebih.
g. Bioteknologi dalam Pembentukan Varietas Tanaman Unggul Baru
Teknik-teknik bioteknologi juga dimanfaatkan untuk membuat jenis tanaman tanaman unggul yang baru. Hal ini diperlukan untuk mencukupi kebutuhan pangan yang terus meningkat, sedangkan luas lahan pertanian cenderung menurun. Tanaman unggul ini diharapkan mempunyai produktivitas yang lebih baik. Selain itu, peningkatan hasil, juga dilakukan upaya perbaikan pada kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, usia panen, dan berbagai nilai tambah yang lain.
Sebagai contoh, nilai tambah pada beberapa tanaman unggul yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut.
  • Peningkatan kandungan nutrisi pada tanaman pisang, cabe, stroberi, dan ubi jalar.
  • Peningkatan rasa, misalnya pada tanaman tomat, cabe, buncis, dan kedelai.
  • Peningkatan kualitas produk, misalnya pada pisang, cabe, stroberi dengan tingkat kesegaran dan tekstur yang lebih baik.
  • Mengurangi reaksi alergi, misalnya pada tanaman polongpolongan dengan kandungan protein penyebab alergi yang lebih rendah
  • Kandungan bahan berkhasiat obat, misalnya pada tomat dengan kandungan lycopene yang tinggi yang berguna sebagai antioksidan untuk mengurangi kanker, bawang dengan kandungan allicin untuk menurunkan kolesterol, serta pada padi dengan kandungan vitamin A dan zat besi untuk mengatasi anemia dan kebutaan.
  • Tanaman yang mampu memproduksi vaksin dan obatobatan untuk mengobati penyakit manusia, misalnya pada tanaman tembakau yang telah direkayasa sehingga dapat menghasilkan vaksin untuk penyakit kanker.
  • Tanaman dengan kandungan nutrisi yang lebih baik untuk pakan ternak
Penerapan bioteknologi tanaman juga dapat memudahkan petani dalam proses budidaya tanaman. Misalkan dalam pengendalian gulma yaitu dengan menghasilkan tanaman yang memiliki ketahanan terhadap jenis herbisida tertentu. Sebagai contoh adalah tanaman berlabel Roundup Ready yang terdiri dari kedelai, canola (sejenis tanaman penghasil minyak), dan jagung yang tahan terhadap herbisida Roundup. Di dunia saat ini telahbanyak dilepas berbagai tanaman jenis baru hasil penerapan bioteknologi. Misalnya di China pada tahun 2006 telah telah dikembangkan sekitar 30 spesies tanaman transgenik, antaralain padi, jagung, kapas, kentang, kedelai, tomat tahan virus, petunia dengan warna bunga bary, paprika tahan virus, dan kapas tahan hama) yang telah dilepas untuk produksi.
Beberapa jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan pemanfaatan bioteknologi adalah sebagai berikut.
1) Padi Golden Rice
Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi prioritas utama dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah banyak mendapat sentuhan bioteknologi adalah kentang. Penerapan bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan. Salah satu produknya adalah pari jenis golden rice yang dikenalkan pada tahun 2001. Diharapkan padi jenis ini dapat membantu jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan, respon kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting untuk pertumbuhan embrionik.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai emas karena mengandung karotenoid. Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid.
2) Kentang Russet Burbank
Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang. Baik dalam teknik penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika untuk meningkatkan sifat-sifat unggul kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat ini teknik kultur jaringan telah banyak digunakan. Teknik kultur jaringan me-mungkinkan petani mendapatkan bibit dalam jumlah besar yang identik dengan induknya. Contoh varietas kentang baru adalah kentang Russet Burbank yang memiliki kandungan pati yang tinggi yang dapat menghasilkan kentang goreng dan kripik kentang dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih sedikit minyak ketika digoreng.
3) Tomat FlavrSavr
Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman hortiklutura. Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah tomat FlavrSavr, yaitu jenis tomat yang buah matangnya tidak lekas rusak/membusuk. Hal ini sangat berbeda dengan tanaman tomat lain, di mana buah yang matang cepat menjadi rusak. Sifat tomat FlavrSavr ini sangat berguna dalam pengiriman buah ke tempat yang jauh sebelum tiba di tangan konsumen.
4) Tembakau Rendah Nikotin
Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan karena kadar nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan merakit tanaman tembakau yang bebas kandungan nikotin. Pada tahun 2001 jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi resiko serangan kanker akibat merokok. Selain bebas nikotin, sentuhan bioteknologi lain juga dilakukan untuk tanaman tembakau misalnya dengan meningkatkan aroma menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah satu yang telah berhasil adalah mengabungkannya dengan aroma buah lemon.

Jumat, 07 Agustus 2015

Definisi dan Sistem Pertanian Terpadu

Definisi Sistem Pertanian Terpadu


Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan dan konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara terpadu. Diharapkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang petani berupa pangan, sandang dan papan akan tercukupi dengan sistem pertanian ini.
Atau dapat juga di artikan bahwa Sistem pertanian terpadu merupakan satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja.Pertanian pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif dan efisien.
Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik di dalam tanah dan penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang pakai pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.

Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan memiiki beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman dan polikultur. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam dan menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika panen gagal, petani masih bisa mengandalkan daging atau telur ayam, atau bahkan menjual kambing untuk mendapatkan penghasilan.

Senin, 25 Mei 2015

Konsep Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanian

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

1.1Klasifikasi kesesuaian lahan
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit.
Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo
kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan
lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable).
Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan
tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail
(skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S)
dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2),
dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N)
tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).
Kelas S1 : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau
faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh
terhadap produktivitas lahan secara nyata.
Kelas S2 : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor
pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya,
memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya
dapat diatasi oleh petani sendiri.
Kelas S3 : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat,
dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap
produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih
banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor
pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya
bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak
swasta.
Kelas N Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang
sangat berat dan/atau sulit diatasi.
Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas
kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan
karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi
faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas
kondisi perakaran (rc=rooting condition).
Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya.
Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang
sama dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor
kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1
kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50
cm). Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini
jarang digunakan.
Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter
dan sistem pencocokan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan
dengan persyaratan tumbuh tanaman.
Sangat sesuai
Cukup sesuai
Sesuai marginal
tidak sesuai
1.2. Pendekatan dalam evaluasi lahan
Sistem evaluasi lahan yang digunakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (dulu bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat), Bogor adalah Automated Land Evaluation System atau ALES (Rossiter dan Van Wambeke, 1997). ALES merupakan suatu perangkat lunak yang dapat diisi dengan batasan sifat tanah yang dikehendaki tanaman dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan tentang evaluasi lahan. ALES mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan (Land Qualities/Land Characteristics) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Kriteria yang digunakan dewasa ini adalah seperti yang diuraikan dalam “Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian” (Djaenudin et al., 2003) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan kondisi setempat atau referensi lainnya, dan dirancang untuk keperluan pemetaan tanah tingkat semi detil
(skala peta 1:50.000). Untuk evaluasi lahan pada skala 1:100.000-1:250.000 dapat mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000) (Puslittanak, 1997).

Defenisi Difusi dan Osmosis

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalm sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran “semipermeable”. Membran “semipermeable” ini menunjuk ke membran sel atau membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membran.
Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah solvent dari sebuah daerah konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah membran ke sebuah daerah “solute” rendah dengan menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik. Dalam istilah lebih mudah, reverse osmosis adalah mendorong sebuah solusi melalui filter yang menangkap “solute” dari satu sisi dan membiarkan pendapatan “solvent” murni dari sisi satunya.
Proses ini telah digunakan untuk mengolah air laut untuk mendapatkan air tawar, sejak awal 1970-an.
• Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban
• Contoh: penyerapan air oleh benih
• Proses awal perkecambahan
• Benih akan membesar, kulit benih pecah, berkecambah
Ditandai oleh keluarnya radikula dari dalam benih

Salah satu hal penting dalam pertanian adalah Nutrisi tanaman

Tanaman atau tumbuhan memiliki berbagai ukuran, ada yang berukuran makro, kasat mata ada pula yang berukuran mikro seperti fungi, alga, bakteri, dan khamir, meskipun dalam ilmu taksonomi (pengelompokan makhluk hidup) yang baru  kelompok mikroba ini telah dipisahkan dari tumbuh- tumbuhan selain alga berwarna hijau.
Dengan pengelompokan yang baru ini tanaman secara sederhana adalah makhluk hidup yang mampu menyediakan makanannya sendiri melalui proses yang disebut fotosintesis, yang bila disederhanakan merupakan proses mengubah energi matahari dan CO2  menjadi energi kimia dalam wujud glukosa di dalam klorofil yang tersebar di seluruh bagian tanaman terutama pada bagian daun serta melepas O2 dalam jumlah yang besar melalui reaksi 6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2


Untuk hidup, tumbuh dan berkembang, kecuali membutuhkan energi untuk hidup (untuk itu tanaman mutlak memerlukan air dan cahaya), tanaman juga membutuhkan berbagai nutrisi atau  bahan atau makanan. Menurut E. Epstein pada tahun 1972, suatu bahan dikatakan sebagai nutrisi tanaman harus memenuhi dua fungsi utama sebagai berikut, yaitu  mutlak diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan normal dan bilamana bahan tersebut merupakan bagian penyusun  utama tanaman. Nutrisi esensial yang mutlak tersedia bagi tanaman menurut Epstein terdiri dari O2 dan CO2 yang diambil dari udara dan 17 unsur yang diperoleh dari media tanam: Nitrogen (N), Pospat (P), dan Kalium (K) yang disebut sebagai nutrisi makro primer, Kalsium (Ca), belerang (S), Magnesium (Mg), yang biasa disebut sebagai nutrisi makro sekunder, Silika (Si) sebagai nutrisi makro, dan nutrisi mikro atau trace mineral yangterdiri dari Boron (B), Chlorine (Cl), Manganese (Mn), besi (Fe), Zinc (Zn), tembaga(Cu),  Molidebnum (Mo), nikel (Ni), selenium (Se), dan Natrium (Na). Unsur makro adalah unsur yang digunakan dalam jumlah besar, sedang mikro dalam jumlah yang relatif kecil.  

Langkah Pembuatan Pupuk Cair Organik

Pupuk Cair Organik : zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair. Pupuk organik  adalah  pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari sebelumnya. Pupuk cair organik termasuk pupuk jenis majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu dan mengandung unsur mikro
Manfaat:
1.       Untuk menyuburkan tanaman
2.      Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah
3.      Untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar
Keunggulan:
1.      Mudah, murah
2.      Tidak ada efek samping
Kekurangan:
1.      Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi.
2.      Hasilnya kurang banyak.
Bahan baku  pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organic basah atau bahan organic yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buah dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi,selada, kulit jeruk, pisang, durian, kol). Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organic (C/N ratio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman Sebelum membuat pupul cair EM organic yang berbahan baku sampah organic, perlu dibuatkan dahulu pembuatan molase dan pembiakan bakteri EM.
PEMBUATAN MOLASE
Molase, yaitu: sari tetes tebu (biang gula). Atau pembuatan Molase bisa juga dengan melarutkan gula merah/putih ke dalam air bersih (tanpa kaporit) dengan perbandingan 1:1
PEMBIAKAN BAKTERI EM-4
Cairan bakteri EM dapat dikembangbiakkan sendiri dengan cara:
Bahan:
Cairan EM-4 — 1 liter
Bekatul — 3 kg
Molase (dalam keadaan cair) — ¼ liter
Terasi — ¼ kg
Air bersih (tanpa kaporit/tawas) — 5 ltr
Peralatan:
Ember
Pengaduk kayu
Panci pemasak air
Saringan (kain/kawat kasa)
Botol
Cara pembuatan:
1.      Panaskan 5 lt air air sampai mendidih
2.      Masukkan bekatul, molase dan terasi, aduk hingga rata
3.      Dinginkan adonan tsb hingga suhu kamar
4.      Setelah dingin masukkan cairan EM, aduk hingga rata.
5.      Tutup rapat selama 2 hari, jangan dibuka-buka.
6.      Pada hari ke-3 dan selanjutnya, penutup jangan terlalu rapat,
7.      Aduk-aduk setia harinya selama ± 10 menit
8.      Setelah 1 minggu, bakteri sudah dapat diambil dan disaring, masukkan ke dalam botol
9.      Simpan botol di ruang sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung. Cairan EM siap digunakan untuk membuat pupuk organik
10.  Agar bakteri mendapat kebutuhan oksigen, tutup botol jangan terlalu rapat atau biarkan terbuka.
PEMBUATAN PUPUK EM ORGANIK
Proses pembuatan pupuk cair organic berlangsung secara anaerob atau secara fermentasi tanpa bantuan sinar matahari.
Sampah organic basah, rajang dan padatkan — ½
karung uk.25 kg
Larutan media:
Cairan molase — 500 ml
Air bekas cucian beras (cucian pertama) — 1 liter
Air kelapa yang sudah tua — 1 liter
Air bersih — 7 liter
Peralatan:
Ember tertutup uk. 20 lt
Karung serat sintetis
Tali
Cara pembuatan:
1.      Masukkan sampah organic ke dalam karung dan tekan sampai padat, lalu ikat.
2.      masukkan larutan media ke dalam ember. Masukkan karung (1) ke dalam ember hingga terendam  seluruhnya.
3.      Berikan beban diatas karung tersebut agar tidak mengapung. Tutup rapat hingga udara tidak dapat masuk.
4.      Simpan selama 7-10 hari di tempat teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung.
5.      Setelah proses fermentasi selesai, angkat karung (1) dan pisahkan dari larutan media.
Pupuk cair organik sudah dapat digunakan:
1.      Untuk pemupukkan daun dengan penyemprotan 100:1 (500 ml air : 5 ml pupuk cair organik).
2.      Untuk pemupukkan akar dengan menyiramnya 500:1 (5 lt air : 10 ml pupuk cair organik).
3.      Untuk mengurangi bau khas pupuk cair organic dapat dicampur dengan perasan air jeruk citrun atau daun pandan.  Semoga bermanfaat untuk sobat semuanya dan terimakasih atas kunjungannya..

Defenisi Keanekaragaman hayati pertanian

adalah subbidang keanekaragaman hayati yang mencakup semua bentuk kehidupan yang secara langsung terkait dengan aktivitas pertanian; berbagai varietas benih dan ras hewan, juga fauna tanah, gulma, hama, dan organisme asli daerah yang tumbuh di atas lahan pertanian. Namun bidang ini menaruh lebih banyak perhatian terhadap varietas tanaman yang dibudidayakan dan varietas tanaman asli yang ada di alam liar. Kultivar dapat diklasifikasikan menjadi varietas modern dan varietas petani atau varietas tradisional Varietas modern merupakan hasil dari pembiakan selektif formal dan dicirikan dengan hasil yang tinggi. Contohnya adalah varietas gandum dan beras yang sempat memicu Revolusi Hijau. Varietas petani atau varietas tradisional merupakan seleksi yang dilakukan oleh petani tradisional berdasarkan pengalaman mereka di lahan. Setiap kawasan pertanian tradisional dapat memiliki varietas tradisional yang berbeda-beda. Semua varietas ini bersama-sama membentuk keanekaragaman hayati yang menjadi fokus utama aktivitas konservasi genetika.

Keanekaragaman hayati pertanian merupakan dasar dari rantai makanan pertanian, yang dikembangkan dan dilindungi bersama-sama oleh petani, peternak, penjaga hutan, nelayan, dan masyarakat pribumi. Keanekaragaman hayati pertanian dapat berkontribusi dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan, terutama di masa terjadinya perubahan iklim yang dapat memicu stres bagi kultivar yang banyak dipakai saat ini. Karena kekayaan genetika pertanian dapat menjadikan usaha pertanian lebih resilien terhadap perubahan.

Sabtu, 23 Mei 2015

Penjelasan singkat kegiatan budidaya tanaman - Pertanian

1.  Keperluan akan bahan pangan senantiasa menjadi permasalahan yang tidak putus-putusnya. Kekurangan pangan seolah olah sudah menjadi persoalan akrab dengan manusia. Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan manusia paling tua.

Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih. Berbagai teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.

Dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.



Usaha budidaya tanaman mengandalkan pada penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah/bulir, daun, bunga, batang, tunas, serta semua bagian lain yang bernilai ekonomi. Kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanam (bahasa Belanda: akkerbouw). Termasuk dalam "tanaman" di sini adalah gulma laut serta sejumlah fungi penghasil jamur pangan.

Istilah teknik budidaya tanaman diturunkan dari pengertian kata-kata teknik, budidaya, dan tanaman. Teknik memiliki arti pengetahuan atau kepandaian membuat sesuatu, sedangkan budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman merujuk pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya telah melampaui proses domestikasi.

Teknik budidaya tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya tumbuhan. Cakupan obyek budidaya tanaman meliputi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Sebagaimana dapat dilihat, penggolongan ini dilakukan berdasarkan objek budidayanya:

:: Budidaya tanaman, dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang diolah secara intensif.
:: Kehutanan, dengan obyek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar.

Budidaya tanaman memiliki dua ciri penting yaitu:

1. Selalu melibatkan barang dalam volume besar.
2. Proses produksinya memiliki risiko yang relatif tinggi.

Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi.

Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

Tindak Budidaya Tanaman.

Kegiatan pertanian (budidaya tanaman) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah “bulan sabit yang subur” di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum, kurma dan polong-polongan pada daerah tersebut.

Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Budidaya tanaman telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan megalitikum.

Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan. Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke Timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi.

Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda. Budidaya sayur-sayuran dan buahbuahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuno (4000 tahun SM) dan Yunani Kuno (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur dan zaitun.

Teknik budidaya tanaman pada zaman dahulu tidak dikelompokkan kedalam teknik budidaya, karena pada saat itu belum melakukan tindak budidaya tanaman, karena sifatnya masih mengumpulkan dan mencari bahan pangan.

Suatu kegiatan dimasukkan kedalam tindak budidaya dikatakan apabila telah melakukan 3 hal pokok yaitu;

1. Melakukan pengolahan tanah
2. Pemeliharaan untuk mencapai produksi maksimum
3. Tidak berpindah-pindah

Pada umumnya kegiatan budidaya tanaman terkait dengan tingkat pengetahuan manusia pada masa itu. Relevansi dari peradaban tersebut terwujud pada kesadaran untuk melaksanakan tindak budidaya. Tindak awal dari dimulainya teknik budidaya dimulai dengan menetapnya seorang peladang menempati suatu areal pertanaman tertentu.

Teknik budidaya yang sudah maju ditandai oleh adanya:

1. Lapang produksi
2. Pengelolaan yang berencana
3. Memiliki minat untuk mencapai produksi maksimum dengan menerapkan berbagai ilmu dan teknologi.

Tingkatan teknik budidaya tanaman berjenjang dari yang paling sederhana sampai yang maju/canggih. Nilai kegiatan budidaya tersebut tergantung pada tingkat ketiga dari teknik budidaya. Tingkatan tindak budidaya tanaman dicerminkan juga oleh tingkatan pengelolaan lapang produksi. Pengelolaan yang paling sederhana sampai pengelolaan yang paling maju, yaitu teknik budidaya yang telah melakukan pengelolaan terhadap unsur iklim, air, tanah dan udara. 

Pada kelompok ini pelaku budidaya telah dapat mengestimasi produksi maksimumnya dan panen yang tepat waktu. Sebagaimana diketahui ketepatan saat panen sangat menentukan nilau jual suatu produk. Intensifikasi dalam pengelolaan lapangan produksi diikui juga oleh meningkatnya sarana agronomi baik bahan maupun jasa. Semoga bermanfaat dan terimakasih atas kunjungannya. salam sukses selalu.