Senin, 25 Mei 2015

Konsep Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanian

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

1.1Klasifikasi kesesuaian lahan
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit.
Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo
kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan
lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable).
Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan
tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail
(skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S)
dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2),
dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N)
tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).
Kelas S1 : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau
faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh
terhadap produktivitas lahan secara nyata.
Kelas S2 : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor
pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya,
memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya
dapat diatasi oleh petani sendiri.
Kelas S3 : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat,
dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap
produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih
banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor
pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya
bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak
swasta.
Kelas N Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang
sangat berat dan/atau sulit diatasi.
Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas
kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan
karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi
faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas
kondisi perakaran (rc=rooting condition).
Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya.
Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang
sama dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor
kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1
kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50
cm). Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini
jarang digunakan.
Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter
dan sistem pencocokan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan
dengan persyaratan tumbuh tanaman.
Sangat sesuai
Cukup sesuai
Sesuai marginal
tidak sesuai
1.2. Pendekatan dalam evaluasi lahan
Sistem evaluasi lahan yang digunakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (dulu bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat), Bogor adalah Automated Land Evaluation System atau ALES (Rossiter dan Van Wambeke, 1997). ALES merupakan suatu perangkat lunak yang dapat diisi dengan batasan sifat tanah yang dikehendaki tanaman dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan tentang evaluasi lahan. ALES mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan (Land Qualities/Land Characteristics) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Kriteria yang digunakan dewasa ini adalah seperti yang diuraikan dalam “Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian” (Djaenudin et al., 2003) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan kondisi setempat atau referensi lainnya, dan dirancang untuk keperluan pemetaan tanah tingkat semi detil
(skala peta 1:50.000). Untuk evaluasi lahan pada skala 1:100.000-1:250.000 dapat mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000) (Puslittanak, 1997).

Defenisi Difusi dan Osmosis

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalm sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran “semipermeable”. Membran “semipermeable” ini menunjuk ke membran sel atau membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membran.
Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah solvent dari sebuah daerah konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah membran ke sebuah daerah “solute” rendah dengan menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik. Dalam istilah lebih mudah, reverse osmosis adalah mendorong sebuah solusi melalui filter yang menangkap “solute” dari satu sisi dan membiarkan pendapatan “solvent” murni dari sisi satunya.
Proses ini telah digunakan untuk mengolah air laut untuk mendapatkan air tawar, sejak awal 1970-an.
• Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban
• Contoh: penyerapan air oleh benih
• Proses awal perkecambahan
• Benih akan membesar, kulit benih pecah, berkecambah
Ditandai oleh keluarnya radikula dari dalam benih

Salah satu hal penting dalam pertanian adalah Nutrisi tanaman

Tanaman atau tumbuhan memiliki berbagai ukuran, ada yang berukuran makro, kasat mata ada pula yang berukuran mikro seperti fungi, alga, bakteri, dan khamir, meskipun dalam ilmu taksonomi (pengelompokan makhluk hidup) yang baru  kelompok mikroba ini telah dipisahkan dari tumbuh- tumbuhan selain alga berwarna hijau.
Dengan pengelompokan yang baru ini tanaman secara sederhana adalah makhluk hidup yang mampu menyediakan makanannya sendiri melalui proses yang disebut fotosintesis, yang bila disederhanakan merupakan proses mengubah energi matahari dan CO2  menjadi energi kimia dalam wujud glukosa di dalam klorofil yang tersebar di seluruh bagian tanaman terutama pada bagian daun serta melepas O2 dalam jumlah yang besar melalui reaksi 6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2


Untuk hidup, tumbuh dan berkembang, kecuali membutuhkan energi untuk hidup (untuk itu tanaman mutlak memerlukan air dan cahaya), tanaman juga membutuhkan berbagai nutrisi atau  bahan atau makanan. Menurut E. Epstein pada tahun 1972, suatu bahan dikatakan sebagai nutrisi tanaman harus memenuhi dua fungsi utama sebagai berikut, yaitu  mutlak diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan normal dan bilamana bahan tersebut merupakan bagian penyusun  utama tanaman. Nutrisi esensial yang mutlak tersedia bagi tanaman menurut Epstein terdiri dari O2 dan CO2 yang diambil dari udara dan 17 unsur yang diperoleh dari media tanam: Nitrogen (N), Pospat (P), dan Kalium (K) yang disebut sebagai nutrisi makro primer, Kalsium (Ca), belerang (S), Magnesium (Mg), yang biasa disebut sebagai nutrisi makro sekunder, Silika (Si) sebagai nutrisi makro, dan nutrisi mikro atau trace mineral yangterdiri dari Boron (B), Chlorine (Cl), Manganese (Mn), besi (Fe), Zinc (Zn), tembaga(Cu),  Molidebnum (Mo), nikel (Ni), selenium (Se), dan Natrium (Na). Unsur makro adalah unsur yang digunakan dalam jumlah besar, sedang mikro dalam jumlah yang relatif kecil.  

Langkah Pembuatan Pupuk Cair Organik

Pupuk Cair Organik : zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair. Pupuk organik  adalah  pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari sebelumnya. Pupuk cair organik termasuk pupuk jenis majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu dan mengandung unsur mikro
Manfaat:
1.       Untuk menyuburkan tanaman
2.      Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah
3.      Untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar
Keunggulan:
1.      Mudah, murah
2.      Tidak ada efek samping
Kekurangan:
1.      Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi.
2.      Hasilnya kurang banyak.
Bahan baku  pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organic basah atau bahan organic yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buah dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi,selada, kulit jeruk, pisang, durian, kol). Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organic (C/N ratio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman Sebelum membuat pupul cair EM organic yang berbahan baku sampah organic, perlu dibuatkan dahulu pembuatan molase dan pembiakan bakteri EM.
PEMBUATAN MOLASE
Molase, yaitu: sari tetes tebu (biang gula). Atau pembuatan Molase bisa juga dengan melarutkan gula merah/putih ke dalam air bersih (tanpa kaporit) dengan perbandingan 1:1
PEMBIAKAN BAKTERI EM-4
Cairan bakteri EM dapat dikembangbiakkan sendiri dengan cara:
Bahan:
Cairan EM-4 — 1 liter
Bekatul — 3 kg
Molase (dalam keadaan cair) — ¼ liter
Terasi — ¼ kg
Air bersih (tanpa kaporit/tawas) — 5 ltr
Peralatan:
Ember
Pengaduk kayu
Panci pemasak air
Saringan (kain/kawat kasa)
Botol
Cara pembuatan:
1.      Panaskan 5 lt air air sampai mendidih
2.      Masukkan bekatul, molase dan terasi, aduk hingga rata
3.      Dinginkan adonan tsb hingga suhu kamar
4.      Setelah dingin masukkan cairan EM, aduk hingga rata.
5.      Tutup rapat selama 2 hari, jangan dibuka-buka.
6.      Pada hari ke-3 dan selanjutnya, penutup jangan terlalu rapat,
7.      Aduk-aduk setia harinya selama ± 10 menit
8.      Setelah 1 minggu, bakteri sudah dapat diambil dan disaring, masukkan ke dalam botol
9.      Simpan botol di ruang sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung. Cairan EM siap digunakan untuk membuat pupuk organik
10.  Agar bakteri mendapat kebutuhan oksigen, tutup botol jangan terlalu rapat atau biarkan terbuka.
PEMBUATAN PUPUK EM ORGANIK
Proses pembuatan pupuk cair organic berlangsung secara anaerob atau secara fermentasi tanpa bantuan sinar matahari.
Sampah organic basah, rajang dan padatkan — ½
karung uk.25 kg
Larutan media:
Cairan molase — 500 ml
Air bekas cucian beras (cucian pertama) — 1 liter
Air kelapa yang sudah tua — 1 liter
Air bersih — 7 liter
Peralatan:
Ember tertutup uk. 20 lt
Karung serat sintetis
Tali
Cara pembuatan:
1.      Masukkan sampah organic ke dalam karung dan tekan sampai padat, lalu ikat.
2.      masukkan larutan media ke dalam ember. Masukkan karung (1) ke dalam ember hingga terendam  seluruhnya.
3.      Berikan beban diatas karung tersebut agar tidak mengapung. Tutup rapat hingga udara tidak dapat masuk.
4.      Simpan selama 7-10 hari di tempat teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung.
5.      Setelah proses fermentasi selesai, angkat karung (1) dan pisahkan dari larutan media.
Pupuk cair organik sudah dapat digunakan:
1.      Untuk pemupukkan daun dengan penyemprotan 100:1 (500 ml air : 5 ml pupuk cair organik).
2.      Untuk pemupukkan akar dengan menyiramnya 500:1 (5 lt air : 10 ml pupuk cair organik).
3.      Untuk mengurangi bau khas pupuk cair organic dapat dicampur dengan perasan air jeruk citrun atau daun pandan.  Semoga bermanfaat untuk sobat semuanya dan terimakasih atas kunjungannya..

Defenisi Keanekaragaman hayati pertanian

adalah subbidang keanekaragaman hayati yang mencakup semua bentuk kehidupan yang secara langsung terkait dengan aktivitas pertanian; berbagai varietas benih dan ras hewan, juga fauna tanah, gulma, hama, dan organisme asli daerah yang tumbuh di atas lahan pertanian. Namun bidang ini menaruh lebih banyak perhatian terhadap varietas tanaman yang dibudidayakan dan varietas tanaman asli yang ada di alam liar. Kultivar dapat diklasifikasikan menjadi varietas modern dan varietas petani atau varietas tradisional Varietas modern merupakan hasil dari pembiakan selektif formal dan dicirikan dengan hasil yang tinggi. Contohnya adalah varietas gandum dan beras yang sempat memicu Revolusi Hijau. Varietas petani atau varietas tradisional merupakan seleksi yang dilakukan oleh petani tradisional berdasarkan pengalaman mereka di lahan. Setiap kawasan pertanian tradisional dapat memiliki varietas tradisional yang berbeda-beda. Semua varietas ini bersama-sama membentuk keanekaragaman hayati yang menjadi fokus utama aktivitas konservasi genetika.

Keanekaragaman hayati pertanian merupakan dasar dari rantai makanan pertanian, yang dikembangkan dan dilindungi bersama-sama oleh petani, peternak, penjaga hutan, nelayan, dan masyarakat pribumi. Keanekaragaman hayati pertanian dapat berkontribusi dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan, terutama di masa terjadinya perubahan iklim yang dapat memicu stres bagi kultivar yang banyak dipakai saat ini. Karena kekayaan genetika pertanian dapat menjadikan usaha pertanian lebih resilien terhadap perubahan.

Sabtu, 23 Mei 2015

Penjelasan singkat kegiatan budidaya tanaman - Pertanian

1.  Keperluan akan bahan pangan senantiasa menjadi permasalahan yang tidak putus-putusnya. Kekurangan pangan seolah olah sudah menjadi persoalan akrab dengan manusia. Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan manusia paling tua.

Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih. Berbagai teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.

Dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.



Usaha budidaya tanaman mengandalkan pada penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah/bulir, daun, bunga, batang, tunas, serta semua bagian lain yang bernilai ekonomi. Kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanam (bahasa Belanda: akkerbouw). Termasuk dalam "tanaman" di sini adalah gulma laut serta sejumlah fungi penghasil jamur pangan.

Istilah teknik budidaya tanaman diturunkan dari pengertian kata-kata teknik, budidaya, dan tanaman. Teknik memiliki arti pengetahuan atau kepandaian membuat sesuatu, sedangkan budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman merujuk pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya telah melampaui proses domestikasi.

Teknik budidaya tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya tumbuhan. Cakupan obyek budidaya tanaman meliputi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Sebagaimana dapat dilihat, penggolongan ini dilakukan berdasarkan objek budidayanya:

:: Budidaya tanaman, dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang diolah secara intensif.
:: Kehutanan, dengan obyek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar.

Budidaya tanaman memiliki dua ciri penting yaitu:

1. Selalu melibatkan barang dalam volume besar.
2. Proses produksinya memiliki risiko yang relatif tinggi.

Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi.

Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

Tindak Budidaya Tanaman.

Kegiatan pertanian (budidaya tanaman) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah “bulan sabit yang subur” di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum, kurma dan polong-polongan pada daerah tersebut.

Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Budidaya tanaman telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan megalitikum.

Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan. Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke Timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi.

Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda. Budidaya sayur-sayuran dan buahbuahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuno (4000 tahun SM) dan Yunani Kuno (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur dan zaitun.

Teknik budidaya tanaman pada zaman dahulu tidak dikelompokkan kedalam teknik budidaya, karena pada saat itu belum melakukan tindak budidaya tanaman, karena sifatnya masih mengumpulkan dan mencari bahan pangan.

Suatu kegiatan dimasukkan kedalam tindak budidaya dikatakan apabila telah melakukan 3 hal pokok yaitu;

1. Melakukan pengolahan tanah
2. Pemeliharaan untuk mencapai produksi maksimum
3. Tidak berpindah-pindah

Pada umumnya kegiatan budidaya tanaman terkait dengan tingkat pengetahuan manusia pada masa itu. Relevansi dari peradaban tersebut terwujud pada kesadaran untuk melaksanakan tindak budidaya. Tindak awal dari dimulainya teknik budidaya dimulai dengan menetapnya seorang peladang menempati suatu areal pertanaman tertentu.

Teknik budidaya yang sudah maju ditandai oleh adanya:

1. Lapang produksi
2. Pengelolaan yang berencana
3. Memiliki minat untuk mencapai produksi maksimum dengan menerapkan berbagai ilmu dan teknologi.

Tingkatan teknik budidaya tanaman berjenjang dari yang paling sederhana sampai yang maju/canggih. Nilai kegiatan budidaya tersebut tergantung pada tingkat ketiga dari teknik budidaya. Tingkatan tindak budidaya tanaman dicerminkan juga oleh tingkatan pengelolaan lapang produksi. Pengelolaan yang paling sederhana sampai pengelolaan yang paling maju, yaitu teknik budidaya yang telah melakukan pengelolaan terhadap unsur iklim, air, tanah dan udara. 

Pada kelompok ini pelaku budidaya telah dapat mengestimasi produksi maksimumnya dan panen yang tepat waktu. Sebagaimana diketahui ketepatan saat panen sangat menentukan nilau jual suatu produk. Intensifikasi dalam pengelolaan lapangan produksi diikui juga oleh meningkatnya sarana agronomi baik bahan maupun jasa. Semoga bermanfaat dan terimakasih atas kunjungannya. salam sukses selalu.



Ilmu Pertanian - Kitab al-Falahah an-Nabathiyyah diterjemahkan (pertanian nabataeanagricultural)

Mempelajari pengolahan, tanaman, irigasi, pengolahan tanah. Salah satu buku Yunani, Kitab al-Falahah an-Nabathiyyah diterjemahkan (pertanian nabataeanagricultural) dinisbatkan kepada Abu Bakar Muhammad bin Ali ibnu Wasyiyah, berisi informasi tentang diatas, tapi saat itu dipelajari hanya terbatas mempelajari tanaman, dan pengolahan, pemeliharaannya saja karena saat itu isi buku itu juga menyangkut masalah sihir. Dan dalam islam sihir adalah hal yang terlarang dipelajari. 

Para ilmuwan Muslim membuat pola yang mengubah varian agrikultur tahunan


Penggunaan lahan menjadi semakin produktif, sistem irigasi diperbaiki dan diperluas.
Gambar
Teknologi pertanian pada masa peradaban Islam memberi pengaruh dalam perkembangan berbagai bidang. Sektor pertanian pada masa kejayaan Islam dianggap sebagai pencetus bagi perkembangan teknologi selanjutnya.
Sumbangan Islam bagi dunia tidak hanya teknologi sebagai sebuah produk, tetapi juga dilengkapi uraian rinci mengenai pembuatan produk teknologi tersebut. Kaum Muslim pada era Revolusi Hijau atau Revolusi Pertanian pada abad ke-11 memberi kontribusi di banyak bidang.
“Salah satu aspek penting dari revolusi ini adalah pengenalan dan penyebaran berbagai jenis tanaman baru ke dunia Islam,” jelas Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya bertajuk Islamic Technology: An Illustrated History. Sejak itu, dunia Islam mengenal tanaman, seperti padi, sorgum (sejenis gandum), gandum keras, tebu, kapas, semangka, terung, aneka tanaman, serta beragam bunga.
Dijelaskan dalam laman muslimheritage, revolusi yang dimulai dari bagian paling timur dunia Islam itu meluas ke seluruh wilayah kekuasaan Islam di tiga benua: Asia, Afrika, dan Eropa. Kala itu, umat Islam dikenal sangat rajin mempelajari tanaman-tanaman baru. Salah satunya ialah jenis tanaman tropis yang kemudian diperkenalkan di wilayah Islam yang beriklim kering.
Pola ini mengubah varian agrikultur tahunan, yaitu bercocok tanam tidak hanya pada musim dingin, tetapi juga pada musim panas. Walhasil, penggunaan lahan menjadi semakin produktif, sistem irigasi diperbaiki dan diperluas, berkembang pula jenis pupuk serta cara pembajakan baru.
Seiring itu, teknologi pengolahan makanan berkembang dengan bervariasinya metode pengawetan, mulai dari pengeringan, pengasinan, sampai pengasapan. Teknologi pengawetan makanan ini menunjang usaha pemasaran hasil pertanian dan peternakan.
Mesin air dan irigasi
Pemanfaatan air dan angin sebagai sumber energi juga mampu menyokong produktivitas pertanian umat Islam. Teknologi ini secara tak langsung mengilhami perkembangan ilmu mekanika dalam dunia Islam.
Ilmuwan Muslim seperti al-Jazari memberikan sumbangan besar bagi perancangan mesin. Sedikitnya ada lima jenis mesin pengangkut air untuk memenuhi kebutuhan air di daerah-daerah kering di Arab, terutama untuk kebutuhan rumah tangga serta industri dan pertanian.
Penemuan teknologi tersebut sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air, yang merupakan kebutuhan pokok manusia, terutama di daerah-daerah yang minim air. Teknologi ini merupakan jawaban bagi keterbatasan ketersediaan alam bagi manusia.
Orang-orang Islam sejak abad ketujuh mengenal noria yang berfungsi untuk mengangkat dan mengalirkan air ke lokasi yang membutuhkan bila permukaan air rendah atau surut. Teknologi pembuatan jembatan dan sistem irigasi tidak kalah pentingnya.
Keadaan geografis suatu wilayah akan memengaruhi jenis teknologi yang dihasilkan, termasuk di negara-negara Islam pada abad pertengahan yang memiliki banyak sungai besar dan iklim kering di beberapa wilayahnya.
Teknik irigasi yang berkembang pada zaman Islam tidak lepas dari teknologi irigasi yang telah ada seperti pada masyarakat Mesir Kuno. Pada masa Islam, teknik irigasi khusus memanfaatkan air bawah tanah dengan pipa yang disebut qanat, yaitu terowongan yang nyaris horizontal dan menghubungkan sebuah sumber air bawah tanah ke lokasi yang membutuhkan air. Teknologi irigasi ini memberikan sumbangan yang sangat penting bagi dunia pada umumnya untuk mengatasi kelangkaan air di suatu wilayah.
Pembuatan kanal-kanal pun menjadi sebuah teknologi yang sama pentingnya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air. Para ahli teknik Muslim membangun bendungan untuk menyediakan dan mengatur air dalam sistem irigasi. Sekitar abad kesembilan telah dibangun bendungan di Tunisia dan Iran, kemudian abad ke-12 dibangun bendungan di Cordoba.
Penopang utama kekhalifahan
Aktivitas di sektor pertanian ternyata mampu juga menjadi penopang utama perekonomian kekhalifahan Islam. Perhatian dan dukungan dari para penguasa Islam cukup besar bagi pelaku pertanian Muslim. Tak ayal, perekonomian di dunia Islam semakin menguat karena dukungan sektor pertanian.
Melihat potensi ini, para ilmuwan pun mengembangkan berbagai dasar ilmu pertanian (‘ilm alfilaha). Salah satu buku pertanian yang penting dan muncul pada era keemasan Islam adalah kitab al-Filaha al-Nabatiyyakarya Ibn Wahsyiyya. Kitab itu ditulis sang insinyur pertanian Muslim pada 904 M di Irak.
Ibnu Wahsiyya menulis buku petunjuk bertani itu lantaran kecintaaannya terhadap pertanian. Niatnya tulus melestarikan tradisi agrikultur orang-orang Nabatiya di Mesopotamia.
Ahli pertanian, D Fairchild Ruggles, dalam bukunya bertajuk Islamic Gardes and Landscapes menjelaskan bahwa kitab al-Filaha al-Nabatiyya berisi tentang petunjuk pertanian. Di dalamnya dijelaskan secara perinci dan jelas mengenai tata cara bertani, irigasi teknik, tumbuhan, fertilisasi, bercocok tanam, dan berbagai bahasan lainnya tentang pertanian.
Buku tersebut juga merupakan acuan bagi masyarakat Muslim untuk bertani dengan baik. Buku diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Abu Bakar Ahmad, juga dialihbahasakan serta diterbitkan Fuat Sezgin, salah seorang ilmuwan dari universitas di Jerman.
Buku terkemuka lainnya tentang ilmu pertanian diterbitkan ilmuwan Muslim di Spanyol pada abad ke-11 M dan ke-12 M. Buku-buku tersebut di antaranya karya Ibnu al-Hassal dan Ibnu al-Awwam. Beberapa di antaranya diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol dan bahasa Latin.
Buah pemikiran sarjana Muslim itu telah menjadi inspirasi bagi para sarjana pertanian di Barat. Mereka mengembangkan pertanian di Barat dengan panduan yang ditulis para sarjana Muslim. Selama abad ke-11 M, para ahli agronomi Muslim di Spanyol melakukan sebagian riset dan eksperimen di Taman Botani di Seville dan Toledo. Kebun yang digunakan untuk eksperimen ini merupakan kebun pertama dari kebun-kebun sejenis. Kemudian, ditiru oleh Barat pada abad ke-16 di Kota Italia Utara.  ed: asep nur zaman

Penciptaan Ragam Alat Pertanian
Penemuan ilmu alat pertanian ikut berkembang pada abad keemasan Islam. Para insinyur Muslim berhasil menciptakan alat-alat pertanian seperti berikut ini.
Bajak
Sejarawan al-Maqrizi mencatat, bajak digunakan sebagai alat untuk menggemburkan tanah sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih. Sejarawan al-Marqasi, seperti ditulis al-Hassan dan Hill, digunakan para petani sebelum menanam tebu. Biasanya petani Mesir membajak tanah sebanyak enam kali sebelum menanam tebu.
Pada era Islam, bajak dibuat dari besi dan bentuknya bergerigi. Insinyur pertanian Muslim telah mampu membedakan teknik membajak tanah di berbagai jenis lahan. Mereka juga menulis kitab-kitab pedoman pertanian, seperti kitab al-Filaha al-Nabatiya karya Ibnu Wahsyiyya. Berkembangnya kebutuhan, para insinyur Muslim pun terus berupaya membuat rancangan bentuk bajak. Bahkan, peradaban Islam sudah mampu menciptakan bajak cakram yang sesuai dengan jenis tanah.
Garpu dan garu
Garpu merupakan salah satu alat yang juga digerakkan oleh binatang. Ia berfungsi untuk memecahkan bongkahan tanah yang menutupi benih. Alat ini digunakan setelah proses pembajakan tanah. Menurut al-Hassan dan Hill, para petani Muslim memiliki berbagai macam rancangan, seperti al-mijarr dan al-mislafah. Keduanya berupa balok bergigi untuk menggaru lahan. Al-Mijarr mempunyai dua lubang di ujung-ujungnya serta dua pasang tali pengikat.
Sedangkan al-maliq terbuat dari papan kayu yang dibuat melebar dan ditarik oleh seekor lembu. Al-maliq digunakan untuk meratakan alur yang dibuat oleh mata bajak untuk menanam benih. Kedua jenis garpu itu masih digunakan di beberapa negara Islam di belahan dunia dan ini merupakan bukti begitu luasnya kontribusi teknologi pertanian zaman keemasan.
Selain itu, ada pula alat bernama garu. Alat ini merupakan alat tangan yang terbuat dari kayu. Fungsinya untuk menyisir tanah dan menutupi benih. Salah satu jenis garu pada masa itu bernama al-musyt. Alat ini berupa batang menyilang dengan gigi-gigi dan sebuah kayu pegangan di bagian tengahnya.

Sekop dan cangkul

Para petani Islam pun berhasil menciptakan alat untuk menggali tanah, seperti sekop atau al-misyat. Alat ini digunakan untuk menggali lahan yang tidak memerlukan bajak, seperti lahan perkebunan sayur dan buah-buahan. Saat itu juga sudah dikenal sekop jenis lain bernama al-mijnah atau al-mijrafah yang digunakan untuk mengangkat tanah hasil penggalian. Petani zaman itu juga menggunakan cangkul untuk menggali tanah, yang salah satu jenisnya bernama al-miza’ah.
Sabit
Para petani Islam berhasil mengembangkan alat untuk memanen, berupa sabit atau bilah. Alat ini memiliki berbagai jenis, ada yang bergigi dan ada yang tidak, namun tajam. Bahkan, ada yang bengkok pada ujung pegangannya dan ada yang melengkung ke depan sepanjang arah sikatan.
Pengerikan dan penampian
Setelah memanen, proses selanjutnya yang dilakukan para petani adalah pengerikan. Proses ini dilakukan di pinggir desa. Di tempat itu sudah terdapat butiran gandum yang disusun bertumpuk melingkar di ladang.
Menurut al-Hassan dan Hill, terdapat tiga cara untuk mengerik. Salah satunya memanfaatkan hewan peliharaan seperti lembu untuk menggilas tumpukan gandum tersebut. Proses terakhir adalah penampian yang berfungsi untuk memisahkan dedak dengan butiran gandum.Semoga bermanfaat untuk sobat semuanya dan terimakasih atas kunjungannya. Salam sukses selalu.




Sejarah ilmu pertanian

Ilmu pertanian dimulai dengan karya Gregor Mendel di bidang genetika, namun ilmu pertanan modern bisa dikatakan dimulai pada abad ke-18 ketika pupuk kimia mempengaruhi fisiologi tanaman. Intensifikasi pertanian dimulai sejak tahun 1960an di negara maju dan negara berkembang, seringkali disebut dengan Revolusi Hijau, yang merupakan kemajuan yang dibuat dalam menseleksi dan meningkatkan kualitas tanaman dan hewan ternak untuk produktivitas tinggi, juga penggunaan input tambahan seperti pupuk dan pestisida.

Pertanian merupakan intervensi terbesar manusia terhadap alam, sehingga memiliki dampak bagi lingkungan secara umum. Pertanian intensif,

Pertanian industri, serta peningkatan populasi telah menarik perhatian ilmuwan pertanian mengenai pentingnya pengembangan metode pertanian baru untuk menangani hal tersebut.Hal ini termasuk bidang teknolgi yang mengasumsikan bahwa seluruh solusi masalah teknologi ada pada teknologi yang lebih baik, dan pertanian juga merupakan teknologi. Semoga bermanfaat untuk sobat semuanya dan terimaksih atas kunjungannya. Salam sukses selalu.

Solusi yang dipertimbangkan mulai dari manajemen hama terpadu, manajemen sampah, arsitektur lanskap, dan genomika. Teknologi baru, seperti bioteknologi dan ilmu komputer dan kemajuan teknologi lainnya telah memungkinkan untuk mengembangkan bidang penelitian baru, termasuk di bidang rekayasa genetik, agrofisika, statistika pertanian, dan pertanian presisi.

Pengenalan Ilmu Pertanian

Ilmu pertanian (agricultural science) adalah bidang kajian luas yang mempelajari pertanian. Sebagaimana rumpun ilmu kesehatan, bidang ini merupakan bagian dari rumpun ilmu-ilmu hayati (biosains) yang bersifat terapan dan multidisiplin. Dengan inti biologi, ilmu ini mendayagunakan pula matematika, statistika, ilmu pengetahuan alam, ilmu ekonomi dan sosial, serta berbagai teknologi dari rumpun keilmuan lainnya. Ilmu pertanian tidak serta-merta sama dengan pertanian maupun agronomi (ilmu pendayagunaan tanaman). Pertanian adalah serangkaian aktivitas yang mengubah lingkungan untuk menghasilkan produk hewani dan nabati yang bermanfaat bagi manusia. Agronomi adalah kajian yang terkait dengan budidaya serta pemanfaatan lain tanaman. Ilmu pertanian mencakup budidaya tumbuhan dan hewan, di darat maupun di air. Ilmu pertanian mencakup riset dan pengembangan di bidang:

Ilmu pertanian mencakup riset dan pengembangan di bidang: 
  • Metode produksi (misal manajemen irigasi, input nitrogen yang direkomendasikan) 
  • Peningkatan produktivitas pertanian dalam hal kuantitas dan kualitas (seleksi tanaman dan hewan yang tahan kekeringan, pengembangan pestisida baru, teknologi penginderaan hasil, simulasi model pertumbuhan tanaman, kultur sel in vitro) 
  • Pengubahan produk primer menjadi barang konsumsi (mulai dari produksi, pengawetan, dan pengepakan) 
  • Pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan (konservasi tanah, degradasi tanah, manajemen sampah, bioremediasi) Ekologi produksi teoritis, terkait permodelam produksi tanaman 
  • Peningkatan pertanian subsisten yang memberi makan sebagian besar orang miskin di dunia. Sistem ini menarik perhatian karena mempertahankan integrasi dengan sistem ekologi alam lebih baik dari pertanian industri, yang mungkin lebih berkelanjutan dibandingkan sistem pertanian modern 
  • Produksi bahan pangan berdasarkan permintaan global

Semoga bermanfaat untuk sobat semuanya dan terimaksih atas kunjungannya. Salam sukses selalu.

Cakupan- Cakupan di dalam Pertanian


Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman. Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. 

Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian. Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming).

Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industri selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan. Sisi pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian industrial. 

Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya. Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponik) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
Semoga bermanfaat untuk sobat semuanya dan terimaksih atas kunjungannya. Salam sukses selalu.

Perkembangan Pertanian seiring waktu (Kontemporer)

Pertanian pada abad ke 20 dicirikan dengan peningkatan hasil, penggunaan pupuk dan pestisida sintetik, pembiakan selektif, mekanisasi, pencemaran air, dan subsidi pertanian. Pendukung pertanian organik seperti Sir Albert Howard berpendapat bahwa di awal abad ke 20, penggunaan pestisida dan pupuk sintetik yang berlebihan dan secara jangka panjang dapat merusak kesuburan tanah. Pendapat ini drman selama puluhan tahun, hingga kesadaran lingkungan meningkat di awal abad ke 21 menyebabkan gerakan pertanian berkelanjutan meluas dan mulai dikembangkan oleh petani, konsumen, dan pembuat kebijakan. Sejak tahun 1990an, terdapat perlawanan terhadap efek lingkungan dari pertanian konvensional, terutama mengenai pencemaran air, menyebabkan tumbuhnya gerakan organik. Salah satu penggerak utama dari gerakan ini adalah sertifikasi bahan pangan organik pertama di dunia, yang dilakukan oleh Uni Eropa pada tahun 1991, dan mulai mereformasi Kebijakan Pertanian Bersama Uni Eropa pada tahun 2005. 


Pertumbuhan pertanian organik telah memperbarui penelitian dalam teknologi alternatif seperti manajemen hama terpadu dan pembiakan selektif. Perkembangan teknologi terkini yang dipergunakan secara luas yaitu bahan pangan termodifikasi secara genetik. Di akhir tahun 2007, beberapa faktor mendorong peningkatan harga biji-bijian yang dikonsumsi manusia dan hewan ternak, menyebabkan peningkatan harga gandum (hingga 58%), kedelai (hingga 32%), dan jagung (hingga 11%) dalam satu tahun. Kontribusi terbesar ada pada peningkatan permintaan biji-bijian sebagai bahan pakan ternak di Cina dan India, dan konversi biji-bijian bahan pangan menjadi produk biofuel. Hal ini menyebabkan kerusuhan dan demonstrasi yang menuntut turunnya harga pangan. International Fund for Agricultural Development mengusulkan peningkatan pertanian skala kecil dapat menjadi solusi untuk meningkatkan suplai bahan pangan dan juga ketahanan pangan. 

Visi mereka didasarkan pada perkembangan Vietnam yang bergerak dari importir makanan ke eksportir makanan, dan mengalami penurunan angka kemiskinan secara signifikan dikarenakan peningkatan jumlah dan volume usaha kecil di bidang pertanian di negara mereka. Sebuah epidemi yang disebabkan oleh fungi Puccinia graminis pada tanaman gandum menyebar di Afrika hingga ke Asia. Diperkirakan 40% lahan pertanian terdegradasi secara serius. Di Afrika, kecenderungan degradasi tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan lahan tersebut hanya mampu memberi makan 25% populasinya. Pada tahun 2009, 

China merupakan produsen hasil pertanian terbesar di dunia, diikuti oleh Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat, berdasarkan IMF.Pakar ekonomi mengukur total faktor produktivitas pertanian dan menemukan bahwa Amerika Serikat saat ini 1.7 kali lebih produktif dibandingkan dengan tahun 1948.[20] Enam negara di dunia, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Australia, Argentina, dan Thailand mensuplai 90% biji-bijian bahan pangan yang diperdagangkan di dunia. Defisit air yang terjadi telah meningkatkan impor biji-bijian di berbagai negara berkembang  dan kemungkinan juga akan terjadi di negara yang lebih besar seperti China dan India. Semoga bermanfaat untuk sobat semuanya dan terimaksih atas kunjungannya. Salam sukses selalu.